Cari Blog Ini

Minggu, 08 Desember 2013

Impian dan Perjuangan (Review Novel Cine Us)

Judul Buku  : Cine Us
Penulis          : Evi Sri Rezeki
Penerbit       : Teen@Noura (NouraBooks)
Tahun Terbit: 2013
Tebal            : 304 Halaman
ISBN           : 978-602-7816-56-5 

Novel ini menceritakan tentang persahabatan yang berjuang demi sebuah Klub Film. Lena, Dania, dan dion harus berjuang agar Klub Film yang baru saja diresmikan oleh Wakasek Kesiswaan dapat berjalan layaknya klub-klub yang berada di sekolah itu. Meskipun banyak cemoohan dan kritikkan sana-sini, tetapi itu semua tidak membuatnya menyerah untuk membangkitkan Klub Film dan demi sebuah impian mereka.
            Untuk merayakan keberhasilan mereka karena terbentuknya Klub Film, mereka mengadakan menonton bareng di aula sekalah. Akan tetapi, tak ada satu pun murid yang datang, kecuali Marisa dan temannya yang mewakili majalah sekolah. Marisa pun harus mati-matian melawan rasa bosan saat menonton film tersebut. Hingga keesokan harinya, Lena mendapatkan sebuah statement dari majalah sekolahnya tentang Klub Film yang membuat Lena ingin marah kepada siapa pun yang menulis statement itu.
            Meskipun tak ada yang peduli dengan Klub Film dan hasil karyanya. Mereka tetap semangat untuk terus berkarya bahkan mereka berhasil mendapatkan anggota baru dari kelas X, meskipun hanya tujuh, setidaknya mereka tetap bersyukur, ternyata masih ada yang mau bergabung dengan Klub Film.
            Saat Lena sedang mengedit film yang baru saja dibuat oleh klubnya, ia menerima mention twitter dari Adit yng berisi taruhan untuk memenangkan kompetisi skenario terbaik di Festifal Film Remaja. Adit adalah mantan pacar Lena. Semenjak Lena menang kompetisi skenario tahun lalu, Adit sangat membenci Lena karena Adit tidak suka Lena bisa mengungguli dirinya dan Adit juga berpikir bahwa Lena tidak akan bisa seperti sekarang tanpa dirinya. Bahkan Lena harus menerima hinaan dan dipermalukan di depan teman-temannya.
            Awalnya, Lena tak mau mengikuti taruhan itu, tetapi ia sadar mungkin dengan cara seperti itu ia bisa menunjukkan kepada Adit bahwa dia bukan seorang pencundang dan mungkin cara seperti itu juga ia bisa membangkitkan Klub Filmnya. Dan, akan banyak orang yang lebih menghargai karya-karya Klub Film.
            Lena harus berpikir keras, bagaimana cara mengalahkan Adit. Namun, di tengah kebingungannya, ia dipertemukan oleh seseorang bernama Rizki. Seorang cowok yang jago membuat animasi. Saking penasarannya dengan Rizki, Lena rela enggak masuk pelajaran dan berusaha mencuri data nama-nama siswa. Alhasil, ia harus menerima skorsing dari wakasek.
            Dari awal, Lena sudah yakin Rizki dapat membantunya memenangkan kompetensi film pendek di Festifal Film Remaja. Mati-matian Lena membujuk Rizki untuk masuk ke dalam Klub Film, tetapi Rizki tidak mau. Hingga akhirnya, Lena berhasil menguak rahasia terbesar Rizki dan berjanji akan tutup mulut asalkan Rizki mau gabung dengan Klub Filmnya.
            Namun, hadirnya Rizki dan Ryan—sahabat Rizki—membuat Romi, salah satu anggota Klub Film merasa keberatan. Romi merasa keberadaan Rizki dan Ryan hanya akan menghancurkan Klub Film saja. Romi pun mengancam akan keluar dari Klub Film apabila Lena dan kedua sahabatnya tetap mempertahannkan Rizki dan Ryan. Namun, sayangnya Lena tetap mempertahankan Rizki dan Ryan. Romi pun keluar dari klub tersebut dan mengancam kepada kelas X lainnya apabila mereka tidak mengikuti Romi keluar dari Klub Film.
            Dion bertanya-tanya apa yg terjadi, tetapi semenjak perdebatan Lena dan Romi. Ia malas menjelaskannya bahkan Dania yang biasanya sabar menghadapi Dion juga sedang tidak mood menjelaskannnya. Bukannya dion tidak ada saat kejadian, tetapi ia hanya tidak mengerti dan hanya fokus mengambil gambar dengan handycam kesayangannya. Dion bukannya bodoh atau pun lemot, tetapi ia mengidap sebuah penyakit yang hanya bisa fokus dengan apa yang ia sukai, tak heran kalau setiap saat Dion selalu merekam apa pun yang terjadi di sekitarnya.
            Semenjak perdebatan itu, Romi menganggap bahwa Klub Fim merupakan musuhnya. Akhirnya, ia memutuskan untuk membuat sebuah klub yang diberi nama Movie Club dan secara terang-terangan Romi juga merebut basecamp Klub Film. Untung ada Rizki dan Ryan yang rela meminjamkan bunker yang biasa digunakan Rizki dan Ryan sebagai basecam-nya untuk sementara ditempati oleh mereka.
            Dengan waktu yang semakin hari semakin mepet batas pengumpulan karya. Mereka harus berkerja keras untuk memenangkan kompetensi karena itu merupakan jalan satu-satunya merebut kembali basecam Klub Film. Namun, Romi tidak tinggal diam, ia berusaha menghancurkan Lena dan Klub Filmnya dengan cara merebut ide cerita Klub Film dan menghancurkan bunker. Romi berhasil menipu Dion bahwa Romi dan Lena telah baikkan dan memaksanya untuk memberikan informasi tentang Klub Film.
            Saat Lena dan Dania tahu kalau ide cerita tersebut dicuri oleh Romi. Mereka sangat terkejut dan menuduh Dion sebagai pengkhianat, Dania marah besar dan mengeluarkan semua kata yang harusnya tak pernah diucapkannya kepada Dion. Dion yang selalu tak mengerti apa  yang terjadi, terlihat begitu sedih dan pergi meninggalkan mereka yang ada di sana. Namun sedetik kemudian, Romi mengakui bahwa dialah yang memaksa Doni untuk memberitahukan kepadanya tentang Klub Film.
            Selain Lena dan Dania yang terpukul karena ide cerita filmnya diambil oleh Romi. Rizki dan Ryan juga terpukul atas kekacauan yang terjadi di bunker, mereka semua tak menyangka Romi bisa melakukan itu semua hanya untuk menghancurkan Klub Film.
            Hancur sudah, Lena dan Dania sudah putus asa dengan kompetensi tersebut, persahabatannya dengan Dion pun juga ikut hancur karena semenjak kejadian itu Dion tidak pernah masuk sekolah bahkan Ambu Dion yang biasa ramah kepada mereka, meminta mereka untuk menjauhkan Dion.
Namun, Rizki memang Superhero bagi Lena, ia berhasil membuat ide untuk membuat Film, yaitu dengan memanfaatkan hasil rekaman yang diambil Dion setiap saat. Mulai dari perkenalan Lena, Dania, dan Dion hingga moment-moment yang membuat persahabatan mereka bertiga semakin erat. Alhasil, mereka dapat ikut kompetensi tersebut meskipun terselip rasa sedih karena tak Dion di sana untuk merasakan kebahagian ini.
Akhirnya, mereka sampai di malam puncak pengumuman hasil kompetensi. Lena tak yakin bahwa dirinya bisa menang dari Adit, semenjak Adit mengajaknya taruhan ia selalu mendapatkan mention darinya. Namun, Rizkilah yang selalu memberikan semangat kalau ia bisa mengalahkan Adit.  Disaat itu juga Dion hadir dan memaafkan kesalahan mereka. Betapa senangnya akhirnya Dion kembali di tengan-tengah mereka.
Lena tak menyangka bahwa dirinya bisa menang dikompetensi pembuatan skenario, Rizki pun juga tak menyangka bahwa Lena telah menukar skenario milik dia dengan miliknya. Bukan hanya Rizki yang kecewa, tetapi Ryan dan Dania pun juga merasakan hal yang sama. Hanya Dion yang mempercayai bahwa ia tak mungkin melakukan hal selicik itu. Seharusnya malam itu, ia dan yang lainnya bisa merayakan kemenangan Film mereka yang telah direncanakan, tetapi itu semua hancur karena sebuah kesalahan yang tidak pernah Lena lakukan.
Sejak kejadian itu, Lena tidak pernah bertemu Rizki lagi bahkan Dania pun sibuk menghindari dirinya. Hari-hari Lena kini merasa hampa dan ia kangen untuk berkumpul dengan sahabat-sahabatnya karena sudah tak tahan dengan itu semua, ia memberanikan diri menemui Dania ke rumahnya. Lena tak mengira ternyata Dania juga merasakan hal yang sama seperti dirinya.
Saat berada di rumah Dania, Lena menemukan sebuah rahasia yang disimpan rapat-rapat oleh Dania selama ini. Dania terkejut melihat apa yang ada di tangan Lena. Dania pun menceritakan semuanya ia juga menjelaskan bahwa kesalahpahaman antara Lena dan Rizki disebabkan oleh kecerobohannya.
Lena terus berusaha mencari dimana Rizki berada, tetapi ia tidak dapat menemukan Rizki meskipun di tempat-tempat yang biasa Rizki datangi. Akhirnya, dengan putus asa ia pergi ke sebuah kolam meskipun ia tak berharap bisa menemukan Rizki di sana. Di sana ia hanya merenung tentang kenangan manis yang telah dilewati bersama Rizki. Tanpa diduga Rizki datang menemui dirinya dan telah memaafkannya.
Impian mereka untuk mendapatkan kembali basecam Klub Film akhirnya terwujud juga meskipun harus melewati perdebatan panjang dengan Romi di hadapan Pak Khandar—wakasek kesiswaan—hingga akhirnya Roni kalah. Selain mereka mendapatkan basecam kembali, mereka juga mendapatkan dana dari sekolah, dan pembina untuk Klub Film. Bukan itu saja, Klub Fillm juga menganti nama menjadi CINE US. Sejak kemenangan itu tak ada lagi yang meremehkan hasil karya mereka. Tak sia-sia perjungan mereka meskipun harus jatuh bangun, tetapi mereka tetap semangat berjuang untuk meraih impian itu. Mereka juga percaya bahwa Tuhan bersama orang-orang yang mau berjuang.

Rasanya tuh senang baget bacanya novel ini, penulisnya berhasil membuat saya merasa penasaran dengan ceritanya. Konflik yang diciptakannya sangat menarik. Penggunaan bahasanya pun sangat komunikatif sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Selain itu, novel ini juga mengandung nilai-nilai yang sangat penting untuk dijadikan sebagai pelajaran, seperti persahabatan, perjuangan, semangat, dan impian. Sebenernya agak kecewa juga sih karena ending-nya menurut saya menggantung. Bahkan saya berharap novel ini ada bagiannya keduanya karena saya suka dengan ceritanya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar