Cari Blog Ini

Selasa, 26 November 2013

Sehangat Coklat di Senja Hari (Resensi Novel Hot Chocolate)


Judul Buku: Hot Chocolate
Penulis: Rizka Amalia
Penerbit: Teen@Noura (NouraBooks)
Tahun Terbit: 2013
Tebal: 308 Halaman
ISBN: 978-602-7816-43-5

Cinta ibarat coklat yang ketika diseduh dengan air panas, aromanya akan semerbak, hangat, dan menenangkan siapa pun yang meminumnya. Sama seperti hati ketika merasakan cinta. Hati dan cinta akan menjadi perpaduan yang hangat, harum, dan menenangkan.
Novel ini menceritakan sebuah kehidupan tentang seorang gadis yang bernama Kia. Dalam hidupnya, ada tiga hal yang dia sangat sukai, yaitu senja, coklat, dan persahabatannya. Menurutnya coklat panas dan senja merupakan satuan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena dengan cara menikmati senja sambil minum coklat panas akan membuat ia merasa lebih tenang.
Kia memiliki seorang sahabat bernama Bastian. Mereka bersahabat sejak kecil bahkan dari TK sampai SMA pun mereka selalu bersekolah di tempat yang sama. Makanya tak heran  kalau mereka selalu bersama. Di mana ada Bastian pasti selalu ada Kia. Kia merasa ada hawa yang berbeda ketika mengobrol dengan Bastian jika dibandingkan dengan teman-temannya yang lain. Kia akan merasa antusias dan enggak malu untuk mengekspresikan apa pun yang dia inginkan.
Kia juga berasal dari sebuah keluarga broken home. Perceraian kedua orang tuanya telah menimbulkan rasa kecewa pada dirinya. Ditambah lagi ia selalu diremehkan oleh teman-teman Ibunya kalau ia tidak akan menjadi orang sukses. Akan tetapi, Bastianlah yang berhasil meyakinkan Kia agar tidak perlu memikirkannya dan selalu memberikan semangat disaat Kia hampir putus asa dengan berbagai masalah yang ia hadapi.
Bastian selalu punya cara agar Kia up lagi. Bastian, dia selalu berusaha mengerti posisi dan perasaan Kia. Tanpa pernah memaksa Kia untuk menceritakan segala hal yang dirasakannya. Kia sangat bersyukur memiliki sahabat sekaligus bodyguard dan psikolog pribadi terkadang Kia menganggap Bastian dapat menggantikan peran sang Ayah karena Kia merasa aman dan terlindungi disetiap dia bersama Bastian. Ketika bersama Bastian, Kia selalu merasa punya kesempatan untuk belajar menjadi cewek yang lebih kuat dan disiplin.
            Disaat Bastian mendapat beasiswa di Malaysia, Kia tak tau harus merasa bangga ataupun sedih. Dia takut akan benar-benar kehilangan Bastian. Ia takut tak ada lagi sahabat yang dapat menemani melihat senja sambil minum coklat panas. Akan tetapi, Kia sadar, ia harus dapat menurunkan egonya karena ia ingin melihat sahabatnya sukses meskipun itu akan membuat ia merasa sedih.
Rasa sedih yang ia rasakan sedikit terobati ketika dia mendapatkan nilai rata-rata UAN yang bagus dan keterima di universitas swasta ternama di Yogyakarta. Menurutnya Yogyakarta merupakan tempat yang cocok untuk menghilangkan rasa sedihnya karena ia merasa kota itu merupakan kota yang tenang.
            Di saat Kia merasa sedih karena hubungannya ia dengan Bastian sedang merenggang. Muncul lah sosok Hisyam, cowok kalem asli Yogyakarta. Kia sangat senang punya temen asli Yogyakarta karena Hisyam akan dengan senang hati mengantarkan tempat-tempat yang bagus di kota itu.
            Semakin hari, Hisyam semakin dekat dengan Kia apalagi mereka satu kelompok untuk melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Hisyam juga telah mempertemukan Kia dengan laut lepas yang ia gunakan untuk menikamati senja dan coklat panas selama KKN berlangsung. Menemani Kia mengerjakan skripsi hingga menemani Kia untuk sidang. Kia menyadari bahwa Hisyam telah menaruh hati kepadanya
            Lalu, Apakah Hisyam dapat menggantikan Satria di hatinya Kia?
 Penulis menggunakan bahasa-bahasa yang komunikatif sehingga mudah dipahami oleh para pembacanya. Latar dan alur cerita begitu jelas apalagi penulis menggunakan sudut pandang orang pertama yang mampu membuat pembaca merasa ikut di dalamnya. Selain itu, novel ini mengandung nilai-nilai yang sangat penting, seperti tentang persahabatan, percintaan, semangat, dan impian. Namun, cerita yang disampaikan penulis, cenderung mudah ditebak oleh pembaca. Akan tetapi, kekurangan tersebut dapat ditutupi dengan konfliknya yang menarik. Oleh karena itu, cobalah membaca novel ini dan nikmatilah cerita yang dibawakannya sambil menikmati coklat panas dan di bawah langit senja pasti lebih menyenangkan.

Resensi Novel Love Is...


Judul Buku  : Love Is…
Penulis          : Navika Anggun
Penerbit       : Teen@Noura (NouraBooks)
Tahun Terbit: 2013
Tebal            : 220 Halaman
ISBN           : 978-602-9498-95-0
Di sinilah cintaku berakhir dan cinta itu adalah kamu.
Lagi-lagi cinta butuh pengobanan, itulah hal yang ingin disampaikan Navika Anggun. Cerita yang sengaja dikemas atas nama persahabatan.
Novel ini menceritakan tentang sebuah persahabat sejak kecil yang saling menyimpan rasa cinta kepada sahabatnya sendiri. Persahabatan yang sudah terjalin selama lima belas tahun harus renggang karena salah satu sahabatnya mendapatkan beasiswa di Korea. Persahabatan yang hampir putus karena bertahun-tahun tak ada kabar darinya.
Yuki hampir saja menangis karena mendengar pengakuan sahabatnya yang harus pergi k Korea untuk mengambil beasiswa di sana. Yuki takut kalau dia akan kehilangan Satria sebagai sahabat sekaligus cinta pertamanya. Untuk mengurangi rasa sedihnya ia sebisa mungkin menghindar dari Satria. Nindi, sahabat yuki di sekolah pun juga dapat merasakan apa yang dirasakannya. Hingga akhirnya, Nindi meminta Yuki untuk mengungkapkan apa yang Yuki rasakan kepada Satria sebelum kepergian Satria.
Saat bertemu Satria, Yuki berusaha mati-matian agar dia tidak terlihat gugup di depan Satria, tetapi Satria selalu saja berhasil mencairkan suasana. Setelah Satria melepaskan pelukannya dari Yuki. Ia mengeluarkan sebuah kotak merah yang membuat Yuki menyangka Satria ingin melamarnya, tetapi ketika dibuka ternyata isinya hanya sebuah kalung yang berliontin kunci. Entahlah apa maksudnya yang jelas Yuki sedikit kecewa, tetapi ia merasakan ketulusan yang terpancar dari mata Satria saat memasangkan kalung itu di lehernya dan Satria juga mengatakan bahwa kalung ini sangat bearti untuk dirinya dan meminta Yuki untuk menjaga baik-baik kalung tersebut.
Yuki terdiam dan mulai bertanya-tanya dalam hati maksud kata-kata Satria. Entah apa yang membuat kalung ini sangat spesial. Apa karena kalung ini diberikan untuknya atau karena ada hal lain yang membuatnya menjadi begitu spesial?
Sesungguhnya malam itu adalah malam yang luar biasa baginya. Berada di dalam pelukan Satria untuk waktu yang cukup lama, Yuki merasa Satria begitu dekat dengannya. Yuki tidak sanggup untuk mengacaukan situasi tersebut dengan menyatakan perasaannya pada Satria. Yuki memilih untuk menyimpannya sementara. Biarlah dia menjadi sahabat sekaligus adiknya dulu dan menikmati malam ini berdua dengan Satria. Walaupun esok hari akan datang membawa Satria ke negeri yang jauh.
Satria merasa senang akhirnya Yuki datang untuk menemuinya. Yuki langsung memberikan secarik kertas yang tadi ia tulis, meskipun Satria bingung tentang surat ini, tetapi ia langsung menerimanya. Sebenarnya Yuki ingin menjelaskan tentang surat ini, tetapi Yuki mendengar informasi bahwa pesawat ke Seoul akan segera take off. Akhirnya, Yuki hanya memintanya untuk membaca kertas itu setelah Satria berada di dalam pesawat.
Satria pun pergi. Tanpa kata-kata perpisahan yang sebenarnya ingin Yuki sampaikan panjang lebar. Hanya satu benda yang menjembati perasaanya. Sebuah arti cinta yang tertulis di atas selembar kertas. Tanpa sadar air matanya menetes di pipi. Semakin nyata ada kepiluan saat harus merelakan Satria Pergi.
Dua tahun berlalu, Satria sama sekali tidak memberikan kabar dirinya ke Yuki. Di saat Yuki merasa hatinya kosong karena kepergian Satria, Nindilah yang selalu memberikan nasihat agar Yuki mau membuka hatinya untuk orang lain. Nindi juga yang memperkenalkan Yuki dengan Revan. Yuki menyadari bahwa sahabatnya ini ingin menjodohkannya dengan Revan.
Lantas, apakah Yuki akan membuka hatinya untuk Revan dan melupakan cinta pertamanya? Dan apakah Yuki akan menemukan jawaban dari semua pertanyaannya tentang kalung berliontin kunci yang diberikan Satria?
Sangat klise bukan? Akan tetapu, buku ini menjadi bagus karena rangkaian kalimat yang menjalin ceritanya. Penulis juga menggunakan bahasa-bahasa yang komunikatif sehingga mudah dipahami oleh para pembacanya. Latar dan alur cerita begitu jelas mampu membuat pembaca merasa ikut di dalamnya. Selain itu, novel ini mengandung nilai-nilai yang sangat penting, seperti tentang persahabatan, percintaan, semangat, dan impian. Menurut saya, kekurangan novel tersebut hanya dapat pada cerita tersebut karena pembaca cenderung dapat menebak akhir cerita novel ini. Akan tetapi, kekurangan tersebut dapat tertutupi dengan konfliknya yang menarik.

Resensi Novel Cine Us

Judul Buku  : Cine Us
Penulis          : Evi Sri Rezeki
Penerbit       : Teen@Noura (NouraBooks)
Tahun Terbit: 2013
Tebal            : 304 Halaman
ISBN           : 978-602-7816-56-5

Barangkali Impian dan perjuangan memang merupakan hal yang tak bisa dipisahakan. Hal ini dibuktikan oleh Evi Sri Rezeki, seorang penulis yang harus bekerja keras untuk menghasilkan sebuah buku yang menceritakan tentang impian dan perjuangan. Ia mengemas cerita ini dengan penuh berbagai rasa. Mulai rasa haru, sukacita, dan rasa gregetan karena ulah salah satu tokohnya. Meskipun hanya sekedar fiksi, tetapi Evi Sri Rezeki bisa menyampaikan kepada pembaca bahwa impian tanpa perjungan sama saja tiada arti.
Novel ini menceritakan tentang persahabatan yang berjuang demi sebuah Klub Fkan kepilm. Lena, Dania, dan dion harus berjuang agar Klub Film yang baru saja diresmikan oleh Wakasek Kesiswaan dapat berjalan layaknya klub-klub yang berada di sekolah itu. Meskipun banyak cemoohan dan kritikkan sana-sini, tetapi itu semua tidak membuatnya menyerah untuk membangkitkan Klub Film dan demi sebuah impian mereka.
            Untuk merayakan keberhasilan mereka karena terbentuknya Klub Film, mereka mengadakan menonton bareng di aula sekalah. Akan tetapi, tak ada satu pun murid yang datang, kecuali Marisa dan temannya yang mewakili majalah sekolah. Marisa pun harus mati-matian melawan rasa bosan saat menonton film tersebut. Hingga keesokan harinya, Lena mendapatkan sebuah statement dari majalah sekolahnya tentang Klub Film yang membuat Lena ingin marah kepada siapa pun yang menulis statement itu.
            Meskipun tak ada yang peduli dengan Klub Film dan hasil karyanya. Mereka tetap semangat untuk terus berkarya bahkan mereka berhasil mendapatkan anggota baru dari kelas X, meskipun hanya tujuh, setidaknya mereka tetap bersyukur, ternyata masih ada yang mau bergabung dengan Klub Film.
            Saat Lena sedang mengedit film yang baru saja dibuat oleh klubnya, ia menerima mention twitter dari Adit yng berisi taruhan untuk memenangkan kompetisi skenario terbaik di Festifal Film Remaja. Adit adalah mantan pacar Lena. Semenjak Lena menang kompetisi skenario tahun lalu, Adit sangat membenci Lena karena Adit tidak suka Lena bisa mengungguli dirinya dan Adit juga berpikir bahwa Lena tidak akan bisa seperti sekarang tanpa dirinya. Bahkan Lena harus menerima hinaan dan dipermalukan di depan teman-temannya.
            Lena harus berpikir keras, bagaimana cara mengalahkan Adit. Namun, di tengah kebingungannya, ia dipertemukan oleh seseorang bernama Rizki. Seorang cowok yang jago membuat animasi. Saking penasarannya dengan Rizki, Lena rela enggak masuk pelajaran dan berusaha mencuri data nama-nama siswa. Alhasil, ia harus menerima skorsing dari wakasek.
            Dari awal, Lena sudah yakin Rizki dapat membantunya memenangkan kompetensi film pendek di Festifal Film Remaja. Mati-matian Lena membujuk Rizki untuk masuk ke dalam Klub Film, tetapi Rizki tidak mau. Hingga akhirnya, Lena berhasil menguak rahasia terbesar Rizki dan berjanji akan tutup mulut asalkan Rizki mau gabung dengan Klub Filmnya.
            Namun, hadirnya Rizki dan Ryan—sahabat Rizki—membuat Romi, salah satu anggota Klub Film merasa keberatan. Romi merasa keberadaan Rizki dan Ryan hanya akan menghancurkan Klub Film saja. Romi pun mengancam akan keluar dari Klub Film apabila Lena dan kedua sahabatnya tetap mempertahannkan Rizki dan Ryan. Namun, sayangnya Lena tetap mempertahankan Rizki dan Ryan. Romi pun keluar dari klub tersebut dan mengancam kepada kelas X lainnya apabila mereka tidak mengikuti Romi keluar dari Klub Film.
            Semenjak perdebatan itu, Romi menganggap bahwa Klub Fim merupakan musuhnya. Akhirnya, ia memutuskan untuk membuat sebuah klub yang diberi nama Movie Club dan secara terang-terangan Romi juga merebut basecamp Klub Film. Untung ada Rizki dan Ryan yang rela meminjamkan bunker yang biasa digunakan Rizki dan Ryan sebagai basecam-nya untuk sementara ditempati oleh mereka.
            Saat Lena dan Dania tahu kalau ide cerita tersebut dicuri oleh Romi. Mereka sangat terkejut dan menuduh Dion sebagai pengkhianat, Dania marah besar dan mengeluarkan semua kata yang harusnya tak pernah diucapkannya kepada Dion. Dion yang selalu tak mengerti apa  yang terjadi, terlihat begitu sedih dan pergi meninggalkan mereka yang ada di sana. Namun sedetik kemudian, Romi mengakui bahwa dialah yang memaksa Doni untuk memberitahukan kepadanya tentang Klub Film.
            Namun, Rizki memang Superhero bagi Lena, ia berhasil membuat ide untuk membuat Film, yaitu dengan memanfaatkan hasil rekaman yang diambil Dion setiap saat. Mulai dari perkenalan Lena, Dania, dan Dion hingga moment-moment yang membuat persahabatan mereka bertiga semakin erat. Alhasil, mereka dapat ikut kompetensi tersebut meskipun terselip rasa sedih karena tak Dion di sana untuk merasakan kebahagian ini.
            Apakah mereka berhasil menang dalam kompetensi itu dan mempertahankan Klub Film? Dan apakah Lena juga berhasil menjalankan misinya untuk mengalahkan Adit?
Rasanya tuh senang baget bacanya novel ini, penulisnya berhasil membuat saya merasa penasaran dengan ceritanya. Konflik yang diciptakannya sangat menarik. Penggunaan bahasanya pun sangat komunikatif sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Selain itu, novel ini juga mengandung nilai-nilai yang sangat penting untuk dijadikan sebagai pelajaran, seperti persahabatan, perjuangan, semangat, dan impian. Sebenernya agak kecewa juga sih karena ada beberapa konflik yang menurut saya menggantung. Akan tetapi, saya tetap menyukai ceritanya, bahkan saya berharap novel ini ada bagian keduanya.