Cari Blog Ini

Minggu, 08 Desember 2013

Impian dan Perjuangan (Review Novel Cine Us)

Judul Buku  : Cine Us
Penulis          : Evi Sri Rezeki
Penerbit       : Teen@Noura (NouraBooks)
Tahun Terbit: 2013
Tebal            : 304 Halaman
ISBN           : 978-602-7816-56-5 

Novel ini menceritakan tentang persahabatan yang berjuang demi sebuah Klub Film. Lena, Dania, dan dion harus berjuang agar Klub Film yang baru saja diresmikan oleh Wakasek Kesiswaan dapat berjalan layaknya klub-klub yang berada di sekolah itu. Meskipun banyak cemoohan dan kritikkan sana-sini, tetapi itu semua tidak membuatnya menyerah untuk membangkitkan Klub Film dan demi sebuah impian mereka.
            Untuk merayakan keberhasilan mereka karena terbentuknya Klub Film, mereka mengadakan menonton bareng di aula sekalah. Akan tetapi, tak ada satu pun murid yang datang, kecuali Marisa dan temannya yang mewakili majalah sekolah. Marisa pun harus mati-matian melawan rasa bosan saat menonton film tersebut. Hingga keesokan harinya, Lena mendapatkan sebuah statement dari majalah sekolahnya tentang Klub Film yang membuat Lena ingin marah kepada siapa pun yang menulis statement itu.
            Meskipun tak ada yang peduli dengan Klub Film dan hasil karyanya. Mereka tetap semangat untuk terus berkarya bahkan mereka berhasil mendapatkan anggota baru dari kelas X, meskipun hanya tujuh, setidaknya mereka tetap bersyukur, ternyata masih ada yang mau bergabung dengan Klub Film.
            Saat Lena sedang mengedit film yang baru saja dibuat oleh klubnya, ia menerima mention twitter dari Adit yng berisi taruhan untuk memenangkan kompetisi skenario terbaik di Festifal Film Remaja. Adit adalah mantan pacar Lena. Semenjak Lena menang kompetisi skenario tahun lalu, Adit sangat membenci Lena karena Adit tidak suka Lena bisa mengungguli dirinya dan Adit juga berpikir bahwa Lena tidak akan bisa seperti sekarang tanpa dirinya. Bahkan Lena harus menerima hinaan dan dipermalukan di depan teman-temannya.
            Awalnya, Lena tak mau mengikuti taruhan itu, tetapi ia sadar mungkin dengan cara seperti itu ia bisa menunjukkan kepada Adit bahwa dia bukan seorang pencundang dan mungkin cara seperti itu juga ia bisa membangkitkan Klub Filmnya. Dan, akan banyak orang yang lebih menghargai karya-karya Klub Film.
            Lena harus berpikir keras, bagaimana cara mengalahkan Adit. Namun, di tengah kebingungannya, ia dipertemukan oleh seseorang bernama Rizki. Seorang cowok yang jago membuat animasi. Saking penasarannya dengan Rizki, Lena rela enggak masuk pelajaran dan berusaha mencuri data nama-nama siswa. Alhasil, ia harus menerima skorsing dari wakasek.
            Dari awal, Lena sudah yakin Rizki dapat membantunya memenangkan kompetensi film pendek di Festifal Film Remaja. Mati-matian Lena membujuk Rizki untuk masuk ke dalam Klub Film, tetapi Rizki tidak mau. Hingga akhirnya, Lena berhasil menguak rahasia terbesar Rizki dan berjanji akan tutup mulut asalkan Rizki mau gabung dengan Klub Filmnya.
            Namun, hadirnya Rizki dan Ryan—sahabat Rizki—membuat Romi, salah satu anggota Klub Film merasa keberatan. Romi merasa keberadaan Rizki dan Ryan hanya akan menghancurkan Klub Film saja. Romi pun mengancam akan keluar dari Klub Film apabila Lena dan kedua sahabatnya tetap mempertahannkan Rizki dan Ryan. Namun, sayangnya Lena tetap mempertahankan Rizki dan Ryan. Romi pun keluar dari klub tersebut dan mengancam kepada kelas X lainnya apabila mereka tidak mengikuti Romi keluar dari Klub Film.
            Dion bertanya-tanya apa yg terjadi, tetapi semenjak perdebatan Lena dan Romi. Ia malas menjelaskannya bahkan Dania yang biasanya sabar menghadapi Dion juga sedang tidak mood menjelaskannnya. Bukannya dion tidak ada saat kejadian, tetapi ia hanya tidak mengerti dan hanya fokus mengambil gambar dengan handycam kesayangannya. Dion bukannya bodoh atau pun lemot, tetapi ia mengidap sebuah penyakit yang hanya bisa fokus dengan apa yang ia sukai, tak heran kalau setiap saat Dion selalu merekam apa pun yang terjadi di sekitarnya.
            Semenjak perdebatan itu, Romi menganggap bahwa Klub Fim merupakan musuhnya. Akhirnya, ia memutuskan untuk membuat sebuah klub yang diberi nama Movie Club dan secara terang-terangan Romi juga merebut basecamp Klub Film. Untung ada Rizki dan Ryan yang rela meminjamkan bunker yang biasa digunakan Rizki dan Ryan sebagai basecam-nya untuk sementara ditempati oleh mereka.
            Dengan waktu yang semakin hari semakin mepet batas pengumpulan karya. Mereka harus berkerja keras untuk memenangkan kompetensi karena itu merupakan jalan satu-satunya merebut kembali basecam Klub Film. Namun, Romi tidak tinggal diam, ia berusaha menghancurkan Lena dan Klub Filmnya dengan cara merebut ide cerita Klub Film dan menghancurkan bunker. Romi berhasil menipu Dion bahwa Romi dan Lena telah baikkan dan memaksanya untuk memberikan informasi tentang Klub Film.
            Saat Lena dan Dania tahu kalau ide cerita tersebut dicuri oleh Romi. Mereka sangat terkejut dan menuduh Dion sebagai pengkhianat, Dania marah besar dan mengeluarkan semua kata yang harusnya tak pernah diucapkannya kepada Dion. Dion yang selalu tak mengerti apa  yang terjadi, terlihat begitu sedih dan pergi meninggalkan mereka yang ada di sana. Namun sedetik kemudian, Romi mengakui bahwa dialah yang memaksa Doni untuk memberitahukan kepadanya tentang Klub Film.
            Selain Lena dan Dania yang terpukul karena ide cerita filmnya diambil oleh Romi. Rizki dan Ryan juga terpukul atas kekacauan yang terjadi di bunker, mereka semua tak menyangka Romi bisa melakukan itu semua hanya untuk menghancurkan Klub Film.
            Hancur sudah, Lena dan Dania sudah putus asa dengan kompetensi tersebut, persahabatannya dengan Dion pun juga ikut hancur karena semenjak kejadian itu Dion tidak pernah masuk sekolah bahkan Ambu Dion yang biasa ramah kepada mereka, meminta mereka untuk menjauhkan Dion.
Namun, Rizki memang Superhero bagi Lena, ia berhasil membuat ide untuk membuat Film, yaitu dengan memanfaatkan hasil rekaman yang diambil Dion setiap saat. Mulai dari perkenalan Lena, Dania, dan Dion hingga moment-moment yang membuat persahabatan mereka bertiga semakin erat. Alhasil, mereka dapat ikut kompetensi tersebut meskipun terselip rasa sedih karena tak Dion di sana untuk merasakan kebahagian ini.
Akhirnya, mereka sampai di malam puncak pengumuman hasil kompetensi. Lena tak yakin bahwa dirinya bisa menang dari Adit, semenjak Adit mengajaknya taruhan ia selalu mendapatkan mention darinya. Namun, Rizkilah yang selalu memberikan semangat kalau ia bisa mengalahkan Adit.  Disaat itu juga Dion hadir dan memaafkan kesalahan mereka. Betapa senangnya akhirnya Dion kembali di tengan-tengah mereka.
Lena tak menyangka bahwa dirinya bisa menang dikompetensi pembuatan skenario, Rizki pun juga tak menyangka bahwa Lena telah menukar skenario milik dia dengan miliknya. Bukan hanya Rizki yang kecewa, tetapi Ryan dan Dania pun juga merasakan hal yang sama. Hanya Dion yang mempercayai bahwa ia tak mungkin melakukan hal selicik itu. Seharusnya malam itu, ia dan yang lainnya bisa merayakan kemenangan Film mereka yang telah direncanakan, tetapi itu semua hancur karena sebuah kesalahan yang tidak pernah Lena lakukan.
Sejak kejadian itu, Lena tidak pernah bertemu Rizki lagi bahkan Dania pun sibuk menghindari dirinya. Hari-hari Lena kini merasa hampa dan ia kangen untuk berkumpul dengan sahabat-sahabatnya karena sudah tak tahan dengan itu semua, ia memberanikan diri menemui Dania ke rumahnya. Lena tak mengira ternyata Dania juga merasakan hal yang sama seperti dirinya.
Saat berada di rumah Dania, Lena menemukan sebuah rahasia yang disimpan rapat-rapat oleh Dania selama ini. Dania terkejut melihat apa yang ada di tangan Lena. Dania pun menceritakan semuanya ia juga menjelaskan bahwa kesalahpahaman antara Lena dan Rizki disebabkan oleh kecerobohannya.
Lena terus berusaha mencari dimana Rizki berada, tetapi ia tidak dapat menemukan Rizki meskipun di tempat-tempat yang biasa Rizki datangi. Akhirnya, dengan putus asa ia pergi ke sebuah kolam meskipun ia tak berharap bisa menemukan Rizki di sana. Di sana ia hanya merenung tentang kenangan manis yang telah dilewati bersama Rizki. Tanpa diduga Rizki datang menemui dirinya dan telah memaafkannya.
Impian mereka untuk mendapatkan kembali basecam Klub Film akhirnya terwujud juga meskipun harus melewati perdebatan panjang dengan Romi di hadapan Pak Khandar—wakasek kesiswaan—hingga akhirnya Roni kalah. Selain mereka mendapatkan basecam kembali, mereka juga mendapatkan dana dari sekolah, dan pembina untuk Klub Film. Bukan itu saja, Klub Fillm juga menganti nama menjadi CINE US. Sejak kemenangan itu tak ada lagi yang meremehkan hasil karya mereka. Tak sia-sia perjungan mereka meskipun harus jatuh bangun, tetapi mereka tetap semangat berjuang untuk meraih impian itu. Mereka juga percaya bahwa Tuhan bersama orang-orang yang mau berjuang.

Rasanya tuh senang baget bacanya novel ini, penulisnya berhasil membuat saya merasa penasaran dengan ceritanya. Konflik yang diciptakannya sangat menarik. Penggunaan bahasanya pun sangat komunikatif sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Selain itu, novel ini juga mengandung nilai-nilai yang sangat penting untuk dijadikan sebagai pelajaran, seperti persahabatan, perjuangan, semangat, dan impian. Sebenernya agak kecewa juga sih karena ending-nya menurut saya menggantung. Bahkan saya berharap novel ini ada bagiannya keduanya karena saya suka dengan ceritanya.


Kamis, 05 Desember 2013

Resensi Novel Reason


Judul Buku  : Reason
Penulis          : Aditia Yudis
Penerbit       : Teen@Noura (NouraBooks)
Tahun Terbit: 2013
Tebal            : 332 Halaman
ISBN           : 978-602-7816-41-1
“There is some good in this world, and it’s worth fighting for”. (Sebuah kutipan dari novel The Two Towers karya J.R.R. Tolkien)
Adeline bukanlah termasuk siswa populer di sekolahnya. Dia lebih senang membaca buku-buku yang dia pinjam di tempat penyewaan buku milik Bang Rizal daripada harus ikut terlibat pembicaraan yang menurutnya enggak penting. Meskipun Adeline terkadang iri dengan Amber karena selain dia termasuk cewek populer, dia juga memiliki wajah yang cantik, kaya bahkan Amber pun juga termasuk siswa yang berprestasi di sekolahnya.
Awalnya Amber tak pernah peduli dengan orang lain, apalagi Adeline. Namun, semenjak Adeline berhasil memenangkan kompetensi karya ilmiah yang mana pemenang bisa langsung masuk universitas itu tanpa test. Sayangnya, Universitas itu adalah universitas  yang di impikan oleh Adeline dan Amber. Kebencian Amber semakin memuncak saat orangtuanya menunjukan rasa kecewanya dan mereka selalu saja membanding-badingkan dengan kakaknya, Abimantra.
Akhirnya,  Amber membuat reputasi Adeline di sekolah hancur dengan menyebarkan berita yang membuat Adeline sakit hati. Awalnya Adeline tidak peduli dengan semua itu, tetapi saat berita itu sudah menghina ibunya dan Amber menuduhnya sebagai pencuri, dia tak bisa menahan kesabarannya lagi. Saat sedang menunggu Amber untuk ketemuan, Adeline sedang membaca buku—yang dipinjamnya dari Bang Rizal—Amber langsung merebut buku itu dan merobeknya. Adeline tidak terima dengan perlakuan seperti itu, Adeline mendorong Amber hingga handphone terbarunya jatuh dan Amber meminta ganti sampai acara prom night sekolah.
Adeline berpikir kalau dia bisa menggantikan handphone Amber, otomatis permasalahan dia dan Amber pun ikut terselesaikan. Akhirnya, dia meminta tolong pada Sigit—laki-laki yang belum terlalu dia kenal saat di tempat penyewaan buku—untuk membelikan handphone yang sama untuk menggantikan punya Amber yang rusak. Padahal dia sendiri juga susah tentang finansial keluarganya semenjak ayahnya meninggal.
Perteman Sigit dan Adeline semakin dekat bahkan dia mengajak Sigit untuk datang ke acara prom night hanya untuk menyelesaikan masalahnya dengan Amber. Namun, saat Adeline menemuinya, Amber sedang menangis karena pacarnya Jonathan lebih memilih ke Jerman dan memutuskan hubungannya dengan Amber. Adeline sudah ingin mengurungkan niatnya untuk menemui Amber, tetapi dia sudah capek dengan permainan ini semua. Akhirnya, Adel tetap memberikan handphone  itu dan ternyata Amber juga memberikan sebuah kotak yang Adeline tak tahu apa itu isinya.
Ternyata itu semua tetap tidak bisa membuat mereka berteman. Memang semenjak bertemu di acara prom night mereka berdua tidak pernah bertemu karena merek sibuk mengurusi perkuliah mereka masing-masing. Akhirnya, Amber berhasil masuk UI dengan jalur test, tetapi keberhasilan yang dicapai Amber sama sekali tidak membuat orangtunya bangga karena orangtuanya ingin Amber masuk fakultas kodekteran bukan masuk komunikasi. Orangtua Amber juga memaksanya untuk kuliah swasta dan mengambil fakultas kedokteran. Akan tetapi, Amber tetap memilih kuliah di UI dan tinggal bersama Abimantra.
Amber merasa dia tak pernah menyesali atas keputusannya karena di Universitas itu ia bertemu dengan Sigit. Amber merasa ada yang beda dari cowok itu dan tanpa disadari dia mulai jatuh cinta pada Sigit. Begitu juga dengan Abimantra sejak dia penasaran dengan cewek yang hampir di tabraknya itu, Abimantra terus penasaran dengan Adeline. Hingga akhirnya, takdir mempertemukan mereka di warnet tempat Adeline bekerja. Abimantra merasa bahwa Adeline bisa menggantikan seseorang yang selama ini pergi telah pergi meninggalkanya. Namun, masalah antara Adel dan Amber kembali muncul karena Adeline mengetahui bahwa Abimantra adalah kakak dari musuhnya dan ditambah lagi bahwa laki-laki yang Amber cintai ternyata mengenal Adeline.

Lantas, apakah Adeline dan Sigit bisa membalas perasaan kakak beradik itu? Dan apakah persaingan antara adeline dan Amber dapat diselsaikan setelah apa yang Adeline telah lakukan ke Amber?

Kesan pertama setelah membaca buku ini, yaitu saya merasa bahwa saya terhanyut ke dalam ceritanya. Penulis berhasil mengemas cerita ini dengan baik, pemilihan kata-katanya pun sangat komunikatif sehingga pembaca dengan mudah memahaminya. Konflik, alur, dan latarnya pun sangat jelas dan menarik. Namun, sayangnya ada bebapa kata yang tidak diberi spasi dan salah dalam pengetikannya. Akan tetapi, menurut saya buku ini cukup bagus untuk menginspirasi bahwa impian itu harus diperjuangkan.

Resensi Novel Tiger


Judul Buku  : Tiger
Penulis          : Jeff Stone
Penerbit       : Teen@Noura (NouraBooks)
Tahun Terbit: 2013
Tebal            : 270 Halaman
ISBN           : 978-602-9498-28-8

Jika kau bukan bagian dari solusi, kau adalah bagian dari masalah,” pikir Fu.
Novel ini menceritakan tentang biksu pendekar gaya macan. Diawali dengan adegan mereka berlima—Fu, Malao, Hok, She, dan Long—yang disembunyikan oleh Mahaguru mereka di dalam sebuah tong air besar karena kuil Changzen tengah diserang oleh pasukan Kaisar yang dipimpin oleh Ying. Sebenarnya Ying adalah mantan teman seperguruan mereka yang kabur dari kuil karena kemarahannya kepada Mahaguru. Kemudian dia bekerjasama dengan Kaisar yang baru, demi bisa mencuri naskah gulungan naga yang dimiliki oleh kuil Changzen sekaligus balas dendam kepada Mahaguru.
Mahaguru selalu memperlakukan mereka begitu istimewa. Padahal Fu tidak tahu apa yang membuat mereka begitu istimewa dan dia tidak terlalu peduli. Satu-satunya yang ingin dia tahu dari waktu-kewaktu adalah nama mereka yang tidak biasa, yang diberikan Mahaguru saat mereka masih bayi. Apa pun alasannya, Mahaguru tahu apa dia lakukan. Misalnya seperti Fu berarti “macan” dalam bahasa Katon. Fu memiliki kepala yang besar dan bulat, yang dicukur gundul dan dipertegas dangan telinga kecil dan mata yang tajam dan menantang. Suaranya besar dan dalam, persis seperti binatang yang menyerupanya. Dia juga sangat agresif dan cepat marah.
Ketika akhirnya mereka berlima ketahuan oleh salah seorang prajurit. Sang Mahaguru malah menyuruh mereka berlima kabur ke arah lima penjuru mata angin yang berbeda sementara sang Mahaguru tetap tinggal dan menghadapi Ying seorang diri sampai akhirnya tewas.
Setelah mereka berlima berpencar, Fu, yang paling temperamental diantara mereka berlima, memutuskan untuk kembali dan mencoba mengambil gulungan naskah yang dicari oleh Ying. Akhirnya, gulungan itu berhasil diambilnya, dan dia berhasil kembali kabur kehutan dan mengalami berbagai petualangan seru, mulai dari betemu anak macan, hingga akhirnya dia ditawan oleh penduduk desa karena sebuah kesalahpahaman.
Fu ditangkap oleh penduduk desa karena telah melukai anak dari Gubernur di desa itu dan lebih memilih untuk menyelamatkan anak macan yang hampir dibunuh. Fu rela jika anak gubernur itu ingin membalasnya atau memukul dirinya agar anak gubernur itu bisa memaafkannya dan mengeluarkan dia dari kandang tersebut. Namun, kebencian gubernur sangat besar kepada Fu, sehingga ia mengutus dua orang warganya untuk memberi tahu tentang keberadaan Fu dan empat gulungan sakti itu kepada Ying.
Akhirnya, Fu kembali tertangkap oleh prajurit kaisar, dan ketika mereka dalam perjalanan mengantarkan Fu dan gulungan naskah kepada  Ying, mereka diserang oleh segerombolan monyet, dan Malao ada diantara monyet- monyet itu. 
Lalu apakah Fu berhasil menyelamatkan gulungan naskah itu? Dan apakah mereka berhasil menemukan jawaban tentang penyerang Ying kepada Kuil Chanzen yang merupakan sebuah rahasia besar yang disimpan Mahaguru selama ini?

Awalnya, saya merasa buku ini sangat membosankan karena saya enggak pernah baca buku yang temanya seperti ini. Akan tetapi, setelah saya coba membacanya, saya malah merasa terhanyut dengan ceritanya dan ingin meneruskan baca ke seri selanjutnya yang berjudul Monkey dan Snake karena saya penasaran dengan akhir ceritanya.

Resensi Novel Middle School The Worst Years of My Life



Judul Buku    : Middle School The Worst Years of My Life
Penulis          : James Patterson dan Chris Tebbetts
Penerbit       : Teen@Noura (NouraBooks)
Tahun Terbit: 2013
Tebal           : 338 Halaman
ISBN          : 978-602-7816-14-5
Hidup normal itu memang sangat membosankan, mungkin hal itu yang ingin disampaikan oleh penulis. Penulis berusaha mengajak pembaca bahwa banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi bahkan mengatasi rasa bosan itu.
Rafe Khatchadorin merupakan salah satu siswa di Hills Village Middle School (HVMS) tingkat enam. Rafe selalu mengatakan bahwa sekolah itu adalah sebuah “penjara” bagi anak-anak tingkat enam, tujuh, dan delapan. Rafe merasa, dia hanya seorang pencundang yang akan tetap menundukkan kepala, berusaha mencoba berbaur, dan jangan pernah memancing keributan dengan siapa pun.
Hanya ada satu masalah dengan rencana itu dan namanya adalah Miller. Miller merupakan siswa yang sangat bermasalah di sekolah itu, tak heran kalau dia selalu menjadi pelanggan yang mendapatkan hukuman di sana. Namun, Rafe baru masuk ke tingkat enam selama empat setengah menit dan dia sudah menjadi target untuk Miller. Gagal sudah niat untuk berbaur. Jangan sangka dulu, meskipun terkadang dia merasa sebagai pencundang, tetapi dia bukanlah seorang pengecut.
Rafe merasa HVSM semakin hari semakin seperti di “penjara”. Bukan hanya karena Miller, tetapi juga dengan guru-guru di sana yang dengan senang hati memberikan hukuman bagi siswa yang melanggar tata tertib di HVSM.
Namun, meskipun gagal bebaur dengan anak-anak yang lainnya, Rafe masih memiliki Leonardo. Leonardo si Pendiam adalah sahabat Refe di HVMS dan di tempat lainnya. Leo sangat suka menggambar bahkan ia bisa menggambar untuk mewakilli ribuan kata yang ingin dia ucapkan.
Saat pihak sekolah mengadakan Pertemuan Akbar untuk mengumumkan pemilihan anggota dewan perwakilan kelas. Refe merasa acara itu sangat menjijikan, tetapi hal itu dia tepis karena melihat Jeanne Galleta. Refe memamang tak pernah melihat gadis itu sebelumnya, tetapi dia sangat terpesona dengan kecantikannya apalagi ternyata dia mengetahui nama Refe.
Rafe merasa dirinya sangat senang saat itu. Namun, rasa senangnya dirusak oleh Mrs. Stricker karena dia menjelaskan tata tertib yang ada di HVSM. Sebenarnya itu bukannlah tata tertib, tetapi penyiksaan berlabel peraturan. Ada sebanyak enam belas bagian dan total 26 halaman di dalam buku itu. Rafe ingin sekali keluar dari ruangan itu sebelum Mrs. Stricker membunuh lebih banyak lagi karena menjelaskan tata tertib dengan begitu jelas. Akan tetapi, Leo malah mengeluarkan pensil dan mulai menggambar sesuatu di bagian belakang buku itu.
Begitu sampai ke Bagian 6 (hukuman untuk pelanggaran). Rafe merasa, dia mengalami pendarahan otak dan dia juga yakin bahwa telinganya juga sudah ikut berdarah karena mendengar semua peraturan dan hukuman yang di jelaskan Mrs. Stricker. Sejauh pengamatannya, buku hijau kecil yang di tangannya hanyalah sebuah daftar panjang berisi semua cara yang bisa membuatnya terkena masalah di masa-masa sekolahnya.
Sementara Leo, masih saja menggambar, setiap kali Stricker menyebutkan peraturan baru dan Leo pun menambah gambar baru di lembaran kertas itu. Satu-satunya hal yang melintas di pikirannya waktu melihat gambar itu adalah dia ingin menjadi anak itu. Keliahatannya Leo memiliki hidup yang JAUH lebih menyenangkan. Dan saat itulah, sebuah ide muncul di benaknya.  Ide sangat besar dan superkonyol. Ide itu mengalir seperti bandang bahwa ATURAN DIBUAT UNTUK DILANGGAR.
Dalam pandangannya, tata tertib HVMS bisa menjadi musuh bebuyutan di sekolah. Namun, kalu dia bisa mengakalinya, dia bisa mengubah aturan itu menjadi sahabat terbaiknya. Leo tahu persis apa yang dia pikirkan. Toh ide itu, sebenarnya muncul dari gambarnya bahkan Leo langsung menyuruh Rafe untuk melakukan sekarang juga. Peraturan pertama yang dilanggar oleh Rafe ialah bermain dengan alarm kebakaran yang berada d belakang aula sekolah. Mungkin bagi penguhuni HVSM suara itu sangat menakutkan, tetapi tidak untuk Rafe dan Leo. Suara itu malah membuat Rafe merasa hebat karena ulahnya.
Rafe tinggal bersama Mom, Georgia, dan Carl yang merupakan calon ayah tiri Rafe dan si perusak mood-nya. Ia dan adiknya selalu memanggil Carl dengan sebutan Bear. Rafe merasa bahwa ibunya jauh terlalu baik untuk pria seperti Carl yang kerjanya hanya menonton tv dan tidur. Bahkan ibunya rela mengambil shift ganda di tempat kerjanya untuk menutupi kekurangan ekonomi di rumahnya sejak kehadiran si Bear itu.
Keinginan Rafe untuk melanggar tata tertib HVSM memang bener-benar dijalankannya. Rafe memberi nama dengan sebutan “MISI R.A.F.E” bahkan dia membuat daftar aturan apa saja yang akan dilanggarnya sekaligus dengan poinnya. Rafe menuliskannya semua idenya itu dalam satu lajur besar di salah satu buku catatan berspiral yang diberikan ibunya untuk dipakai di sekolah.
Hari hari berikutnya, Rafe terus berusaha menjalankan misinya itu apalagi tanpa mendapatkan sebuah hukuman, baginya itu sama saja Rafe mendapatkan poin yang cukup besar. Akan tetapi, di balik kekacauan yang dibuat Rafe di HVMS itu, telah menimbulkan kesedihan pada ibunya. Ibunya Rafe ingin anak-anaknya bisa menjadi anak-anak normal seperti yang lainnya.
Sejak Rafe melihat ibunya menangis karena ulahnya yang telah di lakukan di HVSM. Rafe berjanji akan berubah menjadi manusia normal dan menghentikan misinya untuk sementara waktu. Jelas saja, itu membuat Leo kesal pada Rafe. Karena menurut Leo, menjadi anak normal itu sangat membosankan. Tak heran, jika ibunya sangat melarang Rafe bermain dengan Leo.
Perubahan Rafe menjadi manusia normal bukan hanya membuat ibunya senang, tetapi juga dengan Jeanne Galleta dan Mrs. Donatello—guru yang sangat sering memberikan hukuman kepadanya, sebenarnya Donatello mengetahui bahwa Rafe memiliki bakat seni yang terpendam, hal itu terbukti saat ia memberikan hukuman menggambar pada Rafe.
Meskipun Rafe sudah bersikap menjadi manusia normal, Miller tetap saja menempatkan Rafe sebagai musuh terbesarnya. Miller berusaha memancing kemarahan Rafe, tetapi Rafe tidak menanggapinya. Miller malah membungkuk dan mengambil sesuatu dari lantai. Sesuatu itu adalah buku catatan Misi R.A.F.E. yang terjatuh. Rafe mencoba meraih buku itu, tetapi Miller tetap saja tidak memberikannya bahkan Miller memberikan syarat kepada Rafe jika ingin buku itu kembali padanya, dia harus menebusnya dengan harga yang ditentukan oleh Miller. Rafe juga harus menghadapi kenyataan bahwa sekarang Miller berkuasa atas dirinya.
Lalu bagaimana nasib Rafe saat Miller mengetahui misi tersebut? Dan siapakah Leo sebenarnya sehingga ibunya Rafe melarangnya untu berbicara lagi dengan Leo?
Setelah membaca buku ini, saya baru menjadi bahwa menjadi manusia normal itu memang sangat membosankan. Penulis bisa mengemas cerita ini dengan baik, mulai dari ceritanya yang seru dan lucu, ilustrasinya yang menarik, dan bahkan penulis menggunakan sudut pandang orang pertama sehingga pembaca bisa merasa terlibat dalam cerita tersebut. Alur dan konfliknya pun sangat menarik. Namun, ada yang satu halaman yang membuat saya bingung (halaman 180) itu seharusnya ada cerita lagi atau ceritanya langsung ke bab selanjutnya karena memang tidak ada keterangannya sehingga dapat membingungkan.

Resensi Novel Promise You


Judul Buku  : Promise You
Penulis          : Amelia
Penerbit       : Teen@Noura (NouraBooks)
Tahun Terbit: 2013
Tebal            : 374 Halaman
ISBN           : 978-602-7816-16-9
Kulihat gadis malaikat itu menoleh kepadaku sambil melambaikan tangan. Tersenyum, menunjukkan deretan gigi seputih susu miliknya. (halaman 4)
Novel ini menceritakan seorang gadis yang selalu ingin bertemu dengan malaikat pelindungnya. Malaikat yang selalu ia mimipikan dan dinanti ternyata ada di depan matanya. Akan tetapi, dia tak menyadari semuannya karena selama ini, dia hanya melihat semua orang dengan mata tanpa harus mnggunakan mata batinnya.
Musim panas merupakan musim yang paling disenangi oleh Kim Hye Rin. Entahlah, apa yang dia sangat sukai dengan musim itu, tetapi yang jelas ia memiliki segudang alasan untuk menyukai musim itu. Hye Rin kembali ke kota kelahirannya di Seoul dua tahun yang lalu, setelah delapan tahun ia harus pindah ke Jakarta karena ayahnya ditugaskan di sana. Terkadang, Hye Rin merasa kesepian karena orangtuanya sibuk bekerja, tetapi untungnya dia memiliki sahabat, yaitu So Hee, Hwang Mi, dan Yong Jun yang bisa membantu mengusir kesepiannya.
Hye Rin terkadang jenuh karena sahabatnya—kecuali Yon Jun—selalu memaksa Hye Rin untuk menjadi ELF. So Hee dan Hwan Mi memang penggemar Super Junior (ELF), tetapi dia selalu menolaknya. Hye Rin memang bukan ELF, tetapi dia juga bukan anti-fan Super Junior.
Hye Rin tak tahu apa apa rencana Tuhan untuk dirinya. Hingga akhirnya, dia dipertemukan oleh seorang laki-laki bernama Joo Won yang mirip dengan salah satu anggota Super Junior. Laki-laki yang menurutnya memiliki kepribadian ganda karena terkadang bisa bersikap manis dan langsung berubah menjadi laki-laki yang sangat dingin dan cuek kepadanya. Namun, memang sejak pertemuannya dengan Joo Won, Hye Rin banyak mengalami perubahan pada dirinya.
Selain bertemu dengan Joo Won, Tuhan juga mempertemukan lagi dirinya dengan Lee Dong Hee.  Lee Dong Hee adalah sahabat kecil Hye Rin, sudah hampir sepuluh tahun mereka tidak bertemu. Sejak dulu, Dong Hee selalu bisa melindungi Hye Rin, hal itu terbukti karena pada malam itu Dong Hee bisa melindunginya dari kejaran para penjahat yang ingin merampoknya. Hye Rin sempat berpikir apakah ini malaikat pelindungnya?
Namun, saat Dong Hee memperkenalkan Yoon Ri sebagai tunanganya kepada Hye Rin dan Joo Won, terlihat jelas kekecewaan di wajah Hye Rin. Yang ternyata Hye Rin menyayangi Dong Hee lebih dari seorang sahabat. Kekecewaan yang dirasakakan oleh Hye Rin ternyata juga dirasakan oleh Joo Won, tetapi sedetik kemudian Joo Won langsung bersikap manis ke Hye Rin yang lagi-lagi membuatnya bingung karena sikapnya yang bisa langsung berubah sedrastis itu.
Hye Rin bisa menerima Yoon Ri sebagai tunangannya Dong Hee bahkan mereka juga semakin dekat. Menurutnya, Yoo Ri dan Dong Hee sangat serasi. Setelah dekat dengannya, Yoo Ri juga merupakan ELF seperti sahabat-sahabat Hye Rin, dia juga merupakan saudara tiri dari Mi Young. Mi Young adalah musuhnya sejak pertama dia tahu kalau Hye Rin bukanlah ELF seperti teman-teman di kampusnya.
Ada banyak hal yang membuat Hye Rin bingung tentang perubahan sikap Joon Won apalagi sejak dia dan Joo Won diperkenalkan dengan Yoo Ri, seperti ada sesuatu hal yang mengganajal dalm hatinya Hye Rin bahkan laki-laki itu terkadang hilang bagaikan ditelan bumi. Hye Rin semakin kesepian, bukan hanya orangtuanya yang sibuk bekerja, Joo Won yang  pergi tanpa memberi kabar, dan sekarang dia harus berbagi sahabatnya dengan Yoo Ri, untuk membahas suatu topik yang tidak menarik baginya. Terkadang Hye Rin ingin mencoba menghubungi Dong Hee, tetapi seketika dia urungkan niatnya karena Hye Rin tak mau merusak hubungan Dong Hee dan Yoo Ri. Di saat Hye Rin merasa kesepian, dia ingin sekali bisa bertemu dangan malaikat pelindungnya. Malaikat yang selalu hadir dalam mimpinya.
Memang sejak sikap Joo Won bersikap manis padanya dan menyatakan cinta padanya, Hye Rin sempat meragukan itu semua. Namun, saat laki-laki itu mencium bibirnya, dia baru menyadari bahwa dirinya juga sudah jatuh cinta padanya. Kejadian itu trus berputar dalam otaknya hingga akhirnya dia memutuskan untuk pergi bersepeda esok harinya,  di sekitar taman Sungai Han untuk menyendiri dan menetralkan pikirnya karena kejadian itu.
Namun, tanpa sengaja, Hye Rin melihat seorang gadis yang sedang memegang pisau lipat dan dia mengenali gadis itu. Betapa terkejutnya, saat dia mengetahui bahwa gadis itu adalah Mi Young dan ternyata Mi Young memang berniat bunuh diri. Awalnya, dia hanya ingin mengambil pisau itu dari tangan Mi Yong, tetapi sayang pisau malah mengenai telapak tangan Hye Rin.
Awalnya, Mi Young menolak menceritakan masalahnya kepada Hye Rin, tetapi dia terus meyakinkan Mi Young kalau dia bisa menjadi pendengar yang baginya. Hye Rin dapat merasakan bahwa saat ini Mi  Young benar-benar merasa sedih, kecewa, dan putus asa yang menjadi satu bahkan gadis itu terlihat sangat rapuh. Hye Rin mencoba menawarkan sebuah persahabatan kepada Mi Young dan dia berjanji akan meminjamkan bahunya ketika Mi Young menangis. Seketika Hye Rin merasakan auranya berubah. Aura malaikat dari sosok Han Mi Young terpancar jelas, membiaskan cahaya gelap sudut pandangnya saat Hye Rin melihatnya dulu. 
Sejak peristiwa percobaan bunuh diri itu, Hye Rin dan Mi Young semakin dekat bahkan Hye Rin merasa lebih nyaman dibandingkan dengan So Hee dan Hwan Mi.  Mi Young kini juga berubah menjadi sosok malaikat. Gadis itu ternyata punya selera humor bagus dan menyenangkan. Hye Rin juga mengaggumi sosoknya yang terlihat dewasa dan tidak kekanakan seperti So Hee dan Hwan Mi. Benar kata pepatah, “Tak kenal, maka tak sayang”. Tiap Kali Han Mi Young tersenyum, Hye Ri selalu merasa ada sesuatu diantara mereka. Entahlah. Mungkin selama dua tahun dia tak pernah melihatnya tersenyum langsung di hadapannya.
Semakin hari sikap Joo Won semakin aneh bahkan Hye Rin merasa ada sesuatu rahasia yang disimpan olehnya. Apalagi Hye Rin menemukan sebotol parfum wanita di apartemennya dan Hye Rin baru menyadari bahwa wangi parfum wanita itu sama dengan parfum milik Yoo Ri yang selama ini Yoo Ri gunakan.
Lantas, apa yang sebenarnya terjadi antara Joo Won dan Yoo Ri? Siapakah malaikat pelindung Hye Rin selama ini? Dan apa yang akan terjadi dengan Yoo Ri setelah semua rahasia itu terbongkar?
Awalnya saya mengira ini hanya sebuah novel yang dengan gampang ditebak pada akhir ceritanya, tetapi ternyata saya salah, penulisnya berhasil membuat saya penasaran dengan alur dan latar ceritanya bahkan saya mencoba menebak-nebak akhir cerita novel ini. Penulis juga menggunakan bahasa-bahasa yang komunikatif sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Menurut saya, hanya satu kelemahan pada cerita tersebut, yaitu terlalu banyak tokoh yang ditampilkan sehingga bisa membuat pembaca keliru apabila tidak membacanya dengan serius. Namun, kekurangannya dapat tertutupi karena konflik yang ditimbulkan pun sangat menarik dan  jauh dari dugaan saya.

Selasa, 26 November 2013

Sehangat Coklat di Senja Hari (Resensi Novel Hot Chocolate)


Judul Buku: Hot Chocolate
Penulis: Rizka Amalia
Penerbit: Teen@Noura (NouraBooks)
Tahun Terbit: 2013
Tebal: 308 Halaman
ISBN: 978-602-7816-43-5

Cinta ibarat coklat yang ketika diseduh dengan air panas, aromanya akan semerbak, hangat, dan menenangkan siapa pun yang meminumnya. Sama seperti hati ketika merasakan cinta. Hati dan cinta akan menjadi perpaduan yang hangat, harum, dan menenangkan.
Novel ini menceritakan sebuah kehidupan tentang seorang gadis yang bernama Kia. Dalam hidupnya, ada tiga hal yang dia sangat sukai, yaitu senja, coklat, dan persahabatannya. Menurutnya coklat panas dan senja merupakan satuan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena dengan cara menikmati senja sambil minum coklat panas akan membuat ia merasa lebih tenang.
Kia memiliki seorang sahabat bernama Bastian. Mereka bersahabat sejak kecil bahkan dari TK sampai SMA pun mereka selalu bersekolah di tempat yang sama. Makanya tak heran  kalau mereka selalu bersama. Di mana ada Bastian pasti selalu ada Kia. Kia merasa ada hawa yang berbeda ketika mengobrol dengan Bastian jika dibandingkan dengan teman-temannya yang lain. Kia akan merasa antusias dan enggak malu untuk mengekspresikan apa pun yang dia inginkan.
Kia juga berasal dari sebuah keluarga broken home. Perceraian kedua orang tuanya telah menimbulkan rasa kecewa pada dirinya. Ditambah lagi ia selalu diremehkan oleh teman-teman Ibunya kalau ia tidak akan menjadi orang sukses. Akan tetapi, Bastianlah yang berhasil meyakinkan Kia agar tidak perlu memikirkannya dan selalu memberikan semangat disaat Kia hampir putus asa dengan berbagai masalah yang ia hadapi.
Bastian selalu punya cara agar Kia up lagi. Bastian, dia selalu berusaha mengerti posisi dan perasaan Kia. Tanpa pernah memaksa Kia untuk menceritakan segala hal yang dirasakannya. Kia sangat bersyukur memiliki sahabat sekaligus bodyguard dan psikolog pribadi terkadang Kia menganggap Bastian dapat menggantikan peran sang Ayah karena Kia merasa aman dan terlindungi disetiap dia bersama Bastian. Ketika bersama Bastian, Kia selalu merasa punya kesempatan untuk belajar menjadi cewek yang lebih kuat dan disiplin.
            Disaat Bastian mendapat beasiswa di Malaysia, Kia tak tau harus merasa bangga ataupun sedih. Dia takut akan benar-benar kehilangan Bastian. Ia takut tak ada lagi sahabat yang dapat menemani melihat senja sambil minum coklat panas. Akan tetapi, Kia sadar, ia harus dapat menurunkan egonya karena ia ingin melihat sahabatnya sukses meskipun itu akan membuat ia merasa sedih.
Rasa sedih yang ia rasakan sedikit terobati ketika dia mendapatkan nilai rata-rata UAN yang bagus dan keterima di universitas swasta ternama di Yogyakarta. Menurutnya Yogyakarta merupakan tempat yang cocok untuk menghilangkan rasa sedihnya karena ia merasa kota itu merupakan kota yang tenang.
            Di saat Kia merasa sedih karena hubungannya ia dengan Bastian sedang merenggang. Muncul lah sosok Hisyam, cowok kalem asli Yogyakarta. Kia sangat senang punya temen asli Yogyakarta karena Hisyam akan dengan senang hati mengantarkan tempat-tempat yang bagus di kota itu.
            Semakin hari, Hisyam semakin dekat dengan Kia apalagi mereka satu kelompok untuk melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Hisyam juga telah mempertemukan Kia dengan laut lepas yang ia gunakan untuk menikamati senja dan coklat panas selama KKN berlangsung. Menemani Kia mengerjakan skripsi hingga menemani Kia untuk sidang. Kia menyadari bahwa Hisyam telah menaruh hati kepadanya
            Lalu, Apakah Hisyam dapat menggantikan Satria di hatinya Kia?
 Penulis menggunakan bahasa-bahasa yang komunikatif sehingga mudah dipahami oleh para pembacanya. Latar dan alur cerita begitu jelas apalagi penulis menggunakan sudut pandang orang pertama yang mampu membuat pembaca merasa ikut di dalamnya. Selain itu, novel ini mengandung nilai-nilai yang sangat penting, seperti tentang persahabatan, percintaan, semangat, dan impian. Namun, cerita yang disampaikan penulis, cenderung mudah ditebak oleh pembaca. Akan tetapi, kekurangan tersebut dapat ditutupi dengan konfliknya yang menarik. Oleh karena itu, cobalah membaca novel ini dan nikmatilah cerita yang dibawakannya sambil menikmati coklat panas dan di bawah langit senja pasti lebih menyenangkan.

Resensi Novel Love Is...


Judul Buku  : Love Is…
Penulis          : Navika Anggun
Penerbit       : Teen@Noura (NouraBooks)
Tahun Terbit: 2013
Tebal            : 220 Halaman
ISBN           : 978-602-9498-95-0
Di sinilah cintaku berakhir dan cinta itu adalah kamu.
Lagi-lagi cinta butuh pengobanan, itulah hal yang ingin disampaikan Navika Anggun. Cerita yang sengaja dikemas atas nama persahabatan.
Novel ini menceritakan tentang sebuah persahabat sejak kecil yang saling menyimpan rasa cinta kepada sahabatnya sendiri. Persahabatan yang sudah terjalin selama lima belas tahun harus renggang karena salah satu sahabatnya mendapatkan beasiswa di Korea. Persahabatan yang hampir putus karena bertahun-tahun tak ada kabar darinya.
Yuki hampir saja menangis karena mendengar pengakuan sahabatnya yang harus pergi k Korea untuk mengambil beasiswa di sana. Yuki takut kalau dia akan kehilangan Satria sebagai sahabat sekaligus cinta pertamanya. Untuk mengurangi rasa sedihnya ia sebisa mungkin menghindar dari Satria. Nindi, sahabat yuki di sekolah pun juga dapat merasakan apa yang dirasakannya. Hingga akhirnya, Nindi meminta Yuki untuk mengungkapkan apa yang Yuki rasakan kepada Satria sebelum kepergian Satria.
Saat bertemu Satria, Yuki berusaha mati-matian agar dia tidak terlihat gugup di depan Satria, tetapi Satria selalu saja berhasil mencairkan suasana. Setelah Satria melepaskan pelukannya dari Yuki. Ia mengeluarkan sebuah kotak merah yang membuat Yuki menyangka Satria ingin melamarnya, tetapi ketika dibuka ternyata isinya hanya sebuah kalung yang berliontin kunci. Entahlah apa maksudnya yang jelas Yuki sedikit kecewa, tetapi ia merasakan ketulusan yang terpancar dari mata Satria saat memasangkan kalung itu di lehernya dan Satria juga mengatakan bahwa kalung ini sangat bearti untuk dirinya dan meminta Yuki untuk menjaga baik-baik kalung tersebut.
Yuki terdiam dan mulai bertanya-tanya dalam hati maksud kata-kata Satria. Entah apa yang membuat kalung ini sangat spesial. Apa karena kalung ini diberikan untuknya atau karena ada hal lain yang membuatnya menjadi begitu spesial?
Sesungguhnya malam itu adalah malam yang luar biasa baginya. Berada di dalam pelukan Satria untuk waktu yang cukup lama, Yuki merasa Satria begitu dekat dengannya. Yuki tidak sanggup untuk mengacaukan situasi tersebut dengan menyatakan perasaannya pada Satria. Yuki memilih untuk menyimpannya sementara. Biarlah dia menjadi sahabat sekaligus adiknya dulu dan menikmati malam ini berdua dengan Satria. Walaupun esok hari akan datang membawa Satria ke negeri yang jauh.
Satria merasa senang akhirnya Yuki datang untuk menemuinya. Yuki langsung memberikan secarik kertas yang tadi ia tulis, meskipun Satria bingung tentang surat ini, tetapi ia langsung menerimanya. Sebenarnya Yuki ingin menjelaskan tentang surat ini, tetapi Yuki mendengar informasi bahwa pesawat ke Seoul akan segera take off. Akhirnya, Yuki hanya memintanya untuk membaca kertas itu setelah Satria berada di dalam pesawat.
Satria pun pergi. Tanpa kata-kata perpisahan yang sebenarnya ingin Yuki sampaikan panjang lebar. Hanya satu benda yang menjembati perasaanya. Sebuah arti cinta yang tertulis di atas selembar kertas. Tanpa sadar air matanya menetes di pipi. Semakin nyata ada kepiluan saat harus merelakan Satria Pergi.
Dua tahun berlalu, Satria sama sekali tidak memberikan kabar dirinya ke Yuki. Di saat Yuki merasa hatinya kosong karena kepergian Satria, Nindilah yang selalu memberikan nasihat agar Yuki mau membuka hatinya untuk orang lain. Nindi juga yang memperkenalkan Yuki dengan Revan. Yuki menyadari bahwa sahabatnya ini ingin menjodohkannya dengan Revan.
Lantas, apakah Yuki akan membuka hatinya untuk Revan dan melupakan cinta pertamanya? Dan apakah Yuki akan menemukan jawaban dari semua pertanyaannya tentang kalung berliontin kunci yang diberikan Satria?
Sangat klise bukan? Akan tetapu, buku ini menjadi bagus karena rangkaian kalimat yang menjalin ceritanya. Penulis juga menggunakan bahasa-bahasa yang komunikatif sehingga mudah dipahami oleh para pembacanya. Latar dan alur cerita begitu jelas mampu membuat pembaca merasa ikut di dalamnya. Selain itu, novel ini mengandung nilai-nilai yang sangat penting, seperti tentang persahabatan, percintaan, semangat, dan impian. Menurut saya, kekurangan novel tersebut hanya dapat pada cerita tersebut karena pembaca cenderung dapat menebak akhir cerita novel ini. Akan tetapi, kekurangan tersebut dapat tertutupi dengan konfliknya yang menarik.

Resensi Novel Cine Us

Judul Buku  : Cine Us
Penulis          : Evi Sri Rezeki
Penerbit       : Teen@Noura (NouraBooks)
Tahun Terbit: 2013
Tebal            : 304 Halaman
ISBN           : 978-602-7816-56-5

Barangkali Impian dan perjuangan memang merupakan hal yang tak bisa dipisahakan. Hal ini dibuktikan oleh Evi Sri Rezeki, seorang penulis yang harus bekerja keras untuk menghasilkan sebuah buku yang menceritakan tentang impian dan perjuangan. Ia mengemas cerita ini dengan penuh berbagai rasa. Mulai rasa haru, sukacita, dan rasa gregetan karena ulah salah satu tokohnya. Meskipun hanya sekedar fiksi, tetapi Evi Sri Rezeki bisa menyampaikan kepada pembaca bahwa impian tanpa perjungan sama saja tiada arti.
Novel ini menceritakan tentang persahabatan yang berjuang demi sebuah Klub Fkan kepilm. Lena, Dania, dan dion harus berjuang agar Klub Film yang baru saja diresmikan oleh Wakasek Kesiswaan dapat berjalan layaknya klub-klub yang berada di sekolah itu. Meskipun banyak cemoohan dan kritikkan sana-sini, tetapi itu semua tidak membuatnya menyerah untuk membangkitkan Klub Film dan demi sebuah impian mereka.
            Untuk merayakan keberhasilan mereka karena terbentuknya Klub Film, mereka mengadakan menonton bareng di aula sekalah. Akan tetapi, tak ada satu pun murid yang datang, kecuali Marisa dan temannya yang mewakili majalah sekolah. Marisa pun harus mati-matian melawan rasa bosan saat menonton film tersebut. Hingga keesokan harinya, Lena mendapatkan sebuah statement dari majalah sekolahnya tentang Klub Film yang membuat Lena ingin marah kepada siapa pun yang menulis statement itu.
            Meskipun tak ada yang peduli dengan Klub Film dan hasil karyanya. Mereka tetap semangat untuk terus berkarya bahkan mereka berhasil mendapatkan anggota baru dari kelas X, meskipun hanya tujuh, setidaknya mereka tetap bersyukur, ternyata masih ada yang mau bergabung dengan Klub Film.
            Saat Lena sedang mengedit film yang baru saja dibuat oleh klubnya, ia menerima mention twitter dari Adit yng berisi taruhan untuk memenangkan kompetisi skenario terbaik di Festifal Film Remaja. Adit adalah mantan pacar Lena. Semenjak Lena menang kompetisi skenario tahun lalu, Adit sangat membenci Lena karena Adit tidak suka Lena bisa mengungguli dirinya dan Adit juga berpikir bahwa Lena tidak akan bisa seperti sekarang tanpa dirinya. Bahkan Lena harus menerima hinaan dan dipermalukan di depan teman-temannya.
            Lena harus berpikir keras, bagaimana cara mengalahkan Adit. Namun, di tengah kebingungannya, ia dipertemukan oleh seseorang bernama Rizki. Seorang cowok yang jago membuat animasi. Saking penasarannya dengan Rizki, Lena rela enggak masuk pelajaran dan berusaha mencuri data nama-nama siswa. Alhasil, ia harus menerima skorsing dari wakasek.
            Dari awal, Lena sudah yakin Rizki dapat membantunya memenangkan kompetensi film pendek di Festifal Film Remaja. Mati-matian Lena membujuk Rizki untuk masuk ke dalam Klub Film, tetapi Rizki tidak mau. Hingga akhirnya, Lena berhasil menguak rahasia terbesar Rizki dan berjanji akan tutup mulut asalkan Rizki mau gabung dengan Klub Filmnya.
            Namun, hadirnya Rizki dan Ryan—sahabat Rizki—membuat Romi, salah satu anggota Klub Film merasa keberatan. Romi merasa keberadaan Rizki dan Ryan hanya akan menghancurkan Klub Film saja. Romi pun mengancam akan keluar dari Klub Film apabila Lena dan kedua sahabatnya tetap mempertahannkan Rizki dan Ryan. Namun, sayangnya Lena tetap mempertahankan Rizki dan Ryan. Romi pun keluar dari klub tersebut dan mengancam kepada kelas X lainnya apabila mereka tidak mengikuti Romi keluar dari Klub Film.
            Semenjak perdebatan itu, Romi menganggap bahwa Klub Fim merupakan musuhnya. Akhirnya, ia memutuskan untuk membuat sebuah klub yang diberi nama Movie Club dan secara terang-terangan Romi juga merebut basecamp Klub Film. Untung ada Rizki dan Ryan yang rela meminjamkan bunker yang biasa digunakan Rizki dan Ryan sebagai basecam-nya untuk sementara ditempati oleh mereka.
            Saat Lena dan Dania tahu kalau ide cerita tersebut dicuri oleh Romi. Mereka sangat terkejut dan menuduh Dion sebagai pengkhianat, Dania marah besar dan mengeluarkan semua kata yang harusnya tak pernah diucapkannya kepada Dion. Dion yang selalu tak mengerti apa  yang terjadi, terlihat begitu sedih dan pergi meninggalkan mereka yang ada di sana. Namun sedetik kemudian, Romi mengakui bahwa dialah yang memaksa Doni untuk memberitahukan kepadanya tentang Klub Film.
            Namun, Rizki memang Superhero bagi Lena, ia berhasil membuat ide untuk membuat Film, yaitu dengan memanfaatkan hasil rekaman yang diambil Dion setiap saat. Mulai dari perkenalan Lena, Dania, dan Dion hingga moment-moment yang membuat persahabatan mereka bertiga semakin erat. Alhasil, mereka dapat ikut kompetensi tersebut meskipun terselip rasa sedih karena tak Dion di sana untuk merasakan kebahagian ini.
            Apakah mereka berhasil menang dalam kompetensi itu dan mempertahankan Klub Film? Dan apakah Lena juga berhasil menjalankan misinya untuk mengalahkan Adit?
Rasanya tuh senang baget bacanya novel ini, penulisnya berhasil membuat saya merasa penasaran dengan ceritanya. Konflik yang diciptakannya sangat menarik. Penggunaan bahasanya pun sangat komunikatif sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Selain itu, novel ini juga mengandung nilai-nilai yang sangat penting untuk dijadikan sebagai pelajaran, seperti persahabatan, perjuangan, semangat, dan impian. Sebenernya agak kecewa juga sih karena ada beberapa konflik yang menurut saya menggantung. Akan tetapi, saya tetap menyukai ceritanya, bahkan saya berharap novel ini ada bagian keduanya.