Cari Blog Ini

Selasa, 26 November 2013

Resensi Novel Cine Us

Judul Buku  : Cine Us
Penulis          : Evi Sri Rezeki
Penerbit       : Teen@Noura (NouraBooks)
Tahun Terbit: 2013
Tebal            : 304 Halaman
ISBN           : 978-602-7816-56-5

Barangkali Impian dan perjuangan memang merupakan hal yang tak bisa dipisahakan. Hal ini dibuktikan oleh Evi Sri Rezeki, seorang penulis yang harus bekerja keras untuk menghasilkan sebuah buku yang menceritakan tentang impian dan perjuangan. Ia mengemas cerita ini dengan penuh berbagai rasa. Mulai rasa haru, sukacita, dan rasa gregetan karena ulah salah satu tokohnya. Meskipun hanya sekedar fiksi, tetapi Evi Sri Rezeki bisa menyampaikan kepada pembaca bahwa impian tanpa perjungan sama saja tiada arti.
Novel ini menceritakan tentang persahabatan yang berjuang demi sebuah Klub Fkan kepilm. Lena, Dania, dan dion harus berjuang agar Klub Film yang baru saja diresmikan oleh Wakasek Kesiswaan dapat berjalan layaknya klub-klub yang berada di sekolah itu. Meskipun banyak cemoohan dan kritikkan sana-sini, tetapi itu semua tidak membuatnya menyerah untuk membangkitkan Klub Film dan demi sebuah impian mereka.
            Untuk merayakan keberhasilan mereka karena terbentuknya Klub Film, mereka mengadakan menonton bareng di aula sekalah. Akan tetapi, tak ada satu pun murid yang datang, kecuali Marisa dan temannya yang mewakili majalah sekolah. Marisa pun harus mati-matian melawan rasa bosan saat menonton film tersebut. Hingga keesokan harinya, Lena mendapatkan sebuah statement dari majalah sekolahnya tentang Klub Film yang membuat Lena ingin marah kepada siapa pun yang menulis statement itu.
            Meskipun tak ada yang peduli dengan Klub Film dan hasil karyanya. Mereka tetap semangat untuk terus berkarya bahkan mereka berhasil mendapatkan anggota baru dari kelas X, meskipun hanya tujuh, setidaknya mereka tetap bersyukur, ternyata masih ada yang mau bergabung dengan Klub Film.
            Saat Lena sedang mengedit film yang baru saja dibuat oleh klubnya, ia menerima mention twitter dari Adit yng berisi taruhan untuk memenangkan kompetisi skenario terbaik di Festifal Film Remaja. Adit adalah mantan pacar Lena. Semenjak Lena menang kompetisi skenario tahun lalu, Adit sangat membenci Lena karena Adit tidak suka Lena bisa mengungguli dirinya dan Adit juga berpikir bahwa Lena tidak akan bisa seperti sekarang tanpa dirinya. Bahkan Lena harus menerima hinaan dan dipermalukan di depan teman-temannya.
            Lena harus berpikir keras, bagaimana cara mengalahkan Adit. Namun, di tengah kebingungannya, ia dipertemukan oleh seseorang bernama Rizki. Seorang cowok yang jago membuat animasi. Saking penasarannya dengan Rizki, Lena rela enggak masuk pelajaran dan berusaha mencuri data nama-nama siswa. Alhasil, ia harus menerima skorsing dari wakasek.
            Dari awal, Lena sudah yakin Rizki dapat membantunya memenangkan kompetensi film pendek di Festifal Film Remaja. Mati-matian Lena membujuk Rizki untuk masuk ke dalam Klub Film, tetapi Rizki tidak mau. Hingga akhirnya, Lena berhasil menguak rahasia terbesar Rizki dan berjanji akan tutup mulut asalkan Rizki mau gabung dengan Klub Filmnya.
            Namun, hadirnya Rizki dan Ryan—sahabat Rizki—membuat Romi, salah satu anggota Klub Film merasa keberatan. Romi merasa keberadaan Rizki dan Ryan hanya akan menghancurkan Klub Film saja. Romi pun mengancam akan keluar dari Klub Film apabila Lena dan kedua sahabatnya tetap mempertahannkan Rizki dan Ryan. Namun, sayangnya Lena tetap mempertahankan Rizki dan Ryan. Romi pun keluar dari klub tersebut dan mengancam kepada kelas X lainnya apabila mereka tidak mengikuti Romi keluar dari Klub Film.
            Semenjak perdebatan itu, Romi menganggap bahwa Klub Fim merupakan musuhnya. Akhirnya, ia memutuskan untuk membuat sebuah klub yang diberi nama Movie Club dan secara terang-terangan Romi juga merebut basecamp Klub Film. Untung ada Rizki dan Ryan yang rela meminjamkan bunker yang biasa digunakan Rizki dan Ryan sebagai basecam-nya untuk sementara ditempati oleh mereka.
            Saat Lena dan Dania tahu kalau ide cerita tersebut dicuri oleh Romi. Mereka sangat terkejut dan menuduh Dion sebagai pengkhianat, Dania marah besar dan mengeluarkan semua kata yang harusnya tak pernah diucapkannya kepada Dion. Dion yang selalu tak mengerti apa  yang terjadi, terlihat begitu sedih dan pergi meninggalkan mereka yang ada di sana. Namun sedetik kemudian, Romi mengakui bahwa dialah yang memaksa Doni untuk memberitahukan kepadanya tentang Klub Film.
            Namun, Rizki memang Superhero bagi Lena, ia berhasil membuat ide untuk membuat Film, yaitu dengan memanfaatkan hasil rekaman yang diambil Dion setiap saat. Mulai dari perkenalan Lena, Dania, dan Dion hingga moment-moment yang membuat persahabatan mereka bertiga semakin erat. Alhasil, mereka dapat ikut kompetensi tersebut meskipun terselip rasa sedih karena tak Dion di sana untuk merasakan kebahagian ini.
            Apakah mereka berhasil menang dalam kompetensi itu dan mempertahankan Klub Film? Dan apakah Lena juga berhasil menjalankan misinya untuk mengalahkan Adit?
Rasanya tuh senang baget bacanya novel ini, penulisnya berhasil membuat saya merasa penasaran dengan ceritanya. Konflik yang diciptakannya sangat menarik. Penggunaan bahasanya pun sangat komunikatif sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Selain itu, novel ini juga mengandung nilai-nilai yang sangat penting untuk dijadikan sebagai pelajaran, seperti persahabatan, perjuangan, semangat, dan impian. Sebenernya agak kecewa juga sih karena ada beberapa konflik yang menurut saya menggantung. Akan tetapi, saya tetap menyukai ceritanya, bahkan saya berharap novel ini ada bagian keduanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar